Kamis, 16 Agustus 2012

TANPA KATA

Assalamualaikum :D

Ini klik PUISI Dadang Arie Minandar, soalnya disana ada puisi yang ane bacakan :)

mungkin kurang maksimal soalnya baru pertama kali merekam suara lalu kasih efek musik :)




semoga terhibur dengan puisi yang saya bacakan  

Rabu, 15 Agustus 2012

KISAH HEWAN YANG MASUK SURGA

Binatang-Binatang yang Masuk Surga

Surga dan Neraka adalah tempat dimana kita nanti setelah mengalami kematian. Surga akan dihuni oleh para Nabi (Rosul) dan pengikutnya (muslim yang alim) dan neraka tempatnya Setan dan pengikutnya (orang" Kafir). Tapi selain manusia, ada juga Binatang atau Hewan yang Masuk Surga.



Nah, berikut kisah 10 Binatang Yang Masuk Surga :

1. Untanya Nabi Saleh A.S

Alkisah :
Mereka menambah lagi :
"Coba kamu keluarkan seekor unta dari batu besar itu," kata mereka sambil menunjuk ke arah sebuah batu besar sambil tersenyum sinis. Mereka juga telah menerangkan sifat-sifat unta yang dikehendaki.

Kaum Tsamud cukup yakin bahawa Nabi Saleh tidak mampu memenuhi permintaan mereka itu. Sebaliknya Nabi Saleh menjawab dengan tenang.
"Baiklah, sekiranya aku dapat memenuhi permintaan kamu itu, adakah kamu akan beriman kepada Allah dan menerima ajaranku? Adakah kamu akan mengaku bahawa aku adalah utusan Allah?"

"Baiklah, kami akan beriman kepada Allah dan akan menerima segala ajaran kamu," jawab mereka.
Setelah satu persetujuan dimaterai, maka Nabi Saleh telah menunaikan sholat. Baginda memohon kepada Allah s.w.t agar mengkabulkan permintaannya seperti yang dituntut oleh kaum Tsamud. Baginda juga berdoa semoga kaum itu akan kembali ke jalan yang benar selepas melihat bukti tersebut.

Allah Maha Berkuasa. Dengan sekelip mata sahaja Allah telah mengkabulkan doa Nabi Saleh. Batu besar tadi telah merekah dan terbelah. Lalu keluarlah seekor unta betina yang besar. Unta itu mempunyai semua sifat yang disebutkan oleh kaum Tsamud.

Maka, tercenganglah semua kaum Tsamud yang melihat kejadian itu. Sebagian daripada mereka mulai mengakui kenabian Nabi Saleh. Salah seorang daripada mereka ialah seorang pemimpin kaum Tsamud yang bernama Junda bin Amru. Akan tetapi, sebahagian yang lain masih enggan beriman. Mereka tetap degil dan sombong.

2. Anak Sapinya Nabi Ibrahim A.S

Kisah ini saya dapet potongan surah adz-dzariyat :
"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaama".
Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal."
Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka.
Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda makan." (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka.
Mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak)." (QS. Adz Dzariyat: 24-30).
3. Kambing Gibasnya Nabi Ismail A.S
Nabi Ibrahim yang dikatakan memiliki kekuatan 40 kali manusia biasa, dengan pisau yang tajam, maka menyembelih anaknya (Ismail) dan Allah melihat kepatuhan Ibrahim, maka Allah mengirimkan malaikat Jibril untuk menggantikan posisi Ismail dengan kambing gibasy yang gemuk, dengan sekejab saja, ternyata yang putus kepalanya adalah kepala kambing gibasy itu dan Ismail pun diselamatkan oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah SWT. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillaahi Hamd.
Dari peristiwa itu telah menjadi syari’at ummat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam untuk melaksanakan ibadah qurban.

4. Sapinya Nabi Musa A.S

Alkisah :
Tatkala Nabi Musa a.s menyampaikan cara yg diwahyukan oleh Allah SWT itu kpd kaumnya, ia ditertawakan dan diejek krn akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yg sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah SWT telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yg diberikan kpd Nabi Musa yg kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar utk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yg mereka hadapi dlm peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kpd Nabi Musa secara mengejek:
"Apakah dgn cara yg engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan org? Akan tetapi kalau memang cara yg engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cobalah tanya kpd Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yg harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yg harus kami sembelih?"

Nabi Musa menjawab:
"Menurut petunjuk Allah, yg harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai utk membajak tanah atau mengairi tanaman, tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah org ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yg dimaksudkan itu yg akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yg memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorg fakir miskin yg soleh, ahli ibadah yg tekun, yg pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kpd Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yg tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yg soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dgn harga yg berlipat ganda krn memenuhi syarat dan sifat-sifat yg diisyaratkan oleh Musa utk disembelih.
Setelah disembelih sapi yg dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yg seketika bangunlah ia (sapi) hidup kembali dgn izin Allah, menceritakan kpd Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yg kesekian kalinya diperlihatkan kpd Bani Israil yg keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yg masih melekat pada dada dan hati mereka.

5. Ikan Yang Memakan Nabi Yunus AS

Alkisah :
Kemudian Nabi Yunus AS menaiki kapal yang dipenuhi penumpang dan muatan. Ketika mereka berada di tengah-tengah lautan maka kepal itu miring dan hampir tenggelam, dimana mereka harus mengambil salah satu keputusan antara mereka tetap berada di kapal semuanya dengan resiko mengalami kebinasaan; atau membuang sebagian dari mereka agar kapal itu menjadi ringan dan menyelamatkan sisanya.

Akhirnya mereka memilih jalan yang terakhir setelah menemui kesepakatan di antara mereka. Kemudian mereka melakukan pengundian dan sejumlah penumpang terkena undian tersebut termasuk di dalamnya Nabi Yunus AS, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
"… kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian." (Ash-Shaffat: 141).
Yakni ia (Nabi Yunus AS) termasuk dari orang-orang yang kalah dalam undian tersebut. Kemudian mereka pun melemparkannya ke laut, serta seekor ikan besar menelannya, akan tetapi tidak sampai mematahkan tulangnya dan merobek dagingnya.
Ketika Nabi Yunus AS berada di dalam perut ikan, maka dalam keadaan gelap (dalam perut ikan) ia berseru,
"Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim." (Al-Anbiya’: 87).
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada ikan itu supaya memuntahkan Nabi Yunus AS di daerah yang tandus.
Nabi Yunus AS keluar dari perut ikan tersebut bagaikan anak burung yang baru keluar dari telur (baru menetas) karena saking lemahnya. Kemudian Allah Ta’ala mengasihinya dan menumbuhkan sebuah pohon dari jenis pohon labu baginya, dimana pohon itu meneduhinya, sehingga ia kuat kembali.

Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Yunus AS supaya kembali ke kaumnya, agar ia mengajari dan menyeru mereka, dan penduduk negeri itu memenuhi seruannya sebanyak seratus ribu orang atau lebih, dimana mereka beriman, sehingga Kami karuniakan kepada mereka kenikmatan hidup hingga batas waktu tertentu.

6. Khimarnya Nabi Uzair AS

Alkisah :
Uzair bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahawa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu.

Inilah peristiwa yang dialaminya :
Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya:
"Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah s.w.t membangunkannya dan bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?"."

Malaikat bertanya kepadanya: "Berapa jam engkau tidur?"
Uzair menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Malaikat yang mulia itu berkata kepadanya: "Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. Engkau tidur selama seratus tahun. Allah s.w.t mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawaban dari pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati."

Uzair merasakan keheranan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta).
Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair: "Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah."

Uzair melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah?
Lalu Uzair melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur.

Uzair merasakan keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah.
Malaikat merasa bahwa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. kerana itu, malaikat menunjuk keledainya sambil berkata:
"Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang- belulang)."

Uzair pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keledainya. Malaikat berkata kepadanya:
"Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah s.w.t membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu."
Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu, lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang.
Malaikat memerintahkan otot-otot saraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai. Sementara itu, Uzair memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.

Alhasil, keledai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara.
Uzair menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah s.w.t yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah.
Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair berkata:
"Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Allah s.w.t berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat.

Uzair bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka.
Uzair meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.

7. Semutnya Nabi Sulaiman AS

Alkisah :
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut,
"hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyadari."
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Katanya,
"Ya Rabbi, limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh." (An-Naml: 16-19)

Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut,
"Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?"
"Sebesar biji gandum," jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
"Mengapa engkau hanya memakan sebagian dan tidak menghabiskannya?" tanya Nabi Sulaiman.
"Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah," jawab si semut. "Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya."..
8. Burung Hud-Hud Nabi Sulaiman AS

Alkisah :
Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan dan memeriksa seluruh pengikut-pengikutnya baik dari kalangan manusia, jin dan binatang, termasuk burung-burung. Berdasarkan pemeriksaannya, Nabi tidak melihat burung hud-hud. Karena ketidakhadiran burung hud-hud tersebut, beliau berjanji akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau bahkan menyembelihnya.

Ternyata, tidak lama kemudian, burung hud-hud datang menghadap Nabi Sulaiman. Burung hud-hud menjelaskan perihal keterlambatannya karena mencari berita tentang adanya seorang wanita yang menjadi pemimpin suatu negara dan dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Atas berita yang dibawa oleh burung hud-hud tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengunjungi kerajaan Saba yang dipimpin oleh ratu Balqis yang akhirnya masuk Islam dengan dakwah Nabi Sulaiman. Kisah tersebut diabadikan dalam Qur’an Surat An-Naml ayat 22-23.

Kisah tersebut menggambarkan burung hud-hud (sebagai anak buah) yang mempunyai kecerdasan dan kecemerlangan berpikir sehingga pengembaraannya dalam mencari makanan (nafkah) tidak semata untuk tujuan duniawi melainkan untuk penyebaran agama.
Burung hud-hud, di antara waktunya, memanfaatkan kesempatan mencari berita dan kabar suatu kaum karena ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah Islam kepada mereka. Melalui presentasi burung hud-hud yang gemilang serta keberanian dalam mengemukakan uzur (keterlambatan), Nabi Sulaiman dapat mengajak kaum Saba untuk mentauhidkan Allah.

9. Untanya Nabi Muhammad Saw

Alkisah :
Ketika itu kami bersama Nabi besar Muhammad Saw tengah berada dalam sebuah peperangan. Tiba-tiba datang seekor unta mendekati beliau, lalu unta tersebut berbicara:
"Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah memanfaatkan tenagaku dari semenjak muda hingga usiaku telah tua seperti sekarang ini. Kini ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari keinginan si fulan yang hendak menyembelihku."

Mendengar pengaduan sang unta, Rasulullah Saw memanggil sang pemilik unta dan hendak membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah memberikan unta tersebut kepada beliau.. Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi kami Muhammad Saw.

Juga ketika kami tengah bersama Muhammad Saw, tiba-tiba datang seorang Arab pedalaman sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta perlindungan karena tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa orang yang berkata bohong. Kemudian unta itu berbicara dengan Nabi kami Muhammad Saw:
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah yang telah memberikan pengakuan palsu karena mereka telah dipaksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi."

10. Anjingya Ashabul Kahfi
Anjing tersebut berwarna kuning, di surga bentuknya berubah menjadi kambing gibas, ia bernama Qithmir, ada yang mengatakan bernama Tawarum dan ada yang mengatakan bernama Huban.

Selasa, 14 Agustus 2012

lelaki dan wanita, sama dicipta sempurna


1. lelaki dan wanita, sama dicipta sempurna | mereka dicipta sebaik-baik penciptaan oleh Sang Pencipta
2. adapun perbedaan diantara mereka bukan berarti pilih kasih | ia dimaksudkan melengkapi satu sama lain hingga utuh
3. bagi Muslimah, ia dapatkan kehormatan dari Allah dengan miliki rahim | ang membentuk hubungan kerabat, silaturahim
4. karena itulah wanita selalu didatangi tamu bulanan | bukan
sebagai hukuman namun sebagai tanda kesuburan
5. maka haid harusnya tidak dianggap jadi beban | itu hanya bentuk ibadah kepada Allah dengan cara yang lain
6. saat haid shalat yg ditinggal karena Allah adalah pahala | larangan-larangan yang ditaati karena Allah berbuah surga
7. jangan dikira tak dapat lakukan shalat saat haid sebagai pengurang kebaikan | bila itu diperbuat karena Allah itu sebenar kebaikan
8. lagipula, tidak semua ibadah terlarang dilakukan saat haid | masih banyak sekali ibadah yang tetap bisa dibuat saat haid
9. membaca Al-Qur'an, dzikrullah, membaca buku-buku Islam, berdoa, ikuti kajian Islam dan sebagainya, takkan pernah habis kebaikan bagimu :)
10. membaca Al-Qur'an? bukankah tidak boleh dalam keadaan tak suci? | begitulah pemahaman umum, mari kaji dalil kebolehannya
11. pertama-tama, ini adl dalil yg melandasinya, "tidak menyentuhnya (Al-Qur'an) kecuali orang-orang yg disucikan" (QS 56:79)
12. juga hadits shahih dari Nabi Muhammad saw, "tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci” (HR Al Hakim)
13. maka kedua dalil diatas cukup menjadi alasan | tidak bolehnya wanita haid (tak suci) atau lelaki junub (tak suci) menyentuh Al-Qur'an
14. maka mushaf Al-Qur'an (lembaran-lembaran Al-Qur'an), termasuk sampul dan keseluruhan buku, harus disentuh dlm keadaan suci
15. namun dalil diatas membahas tentang menyentuh Al-Qur'an | bukan hukum membaca Al-Qur'an | mari kita simak dalil lain
16. satu waktu Rasulullah dan Aisyah sedang ingin melaksanakan umrah | namun Aisyah dapatkan haid pada masa itu
17. "lalu berhajilah, lakukan apa yg dilakukan oleh orang yg berhaji kecuali thawaf dan shalat” (HR Bukhari Muslim)
18. bila membaca Al-Qur'an adl termasuk amalan utama bagi yg berhaji | maka ini menunjukkan bolehnya wanita haid membaca Al-Qur'an
19. Ibnu Taimiyah dalam Majmu Al-Fatawa juga menyetujui pendapat demikian | bahwa Muslimah boleh membaca Al-Qur'an saat haid
20. boleh membaca Al-Qur'an saat haid | hanya saja bagi wnaita haid, dilarang mereka untuk menyentuh Al-Qur'an ketika membaca Al-Qur'an
21. maka silahkan membaca Al-Qur'an, dan gunakan sarung tangan atau kain untuk memegang mushaf Al-Qur'an dan membalikkan halamannya
22. kesimpulannya diperbolehkan membaca Al Qur’an bagi wanita haid dan nifas, asalkan tidak menyentuh mushaf Al Qur’an
23. inilah pendapat Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal, juga Imam Bukhari, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah
24. mengenai membaca Al-Qur'an dalam keadaan hadats kecil, maka itu boleh saja, namun lebih utama memiliki wudhu
25. “kaum muslim bersepakat bolehnya membaca Al-Quran untuk org yg hadats kecil, lebih utama hendaknya dia berwudhu" (Imam Nawawi)
26. bagaimana membaca hafalan Al-Qur'an? | maka ia dibolehkan baik dlm keadaan hadats besar atau hadats kecil
27. dekati Al-Qur'an, ia bacaan terbaik dimuka bumi | bila TL terus kita pantau, Al-Qur'an lebih layak di kaji :)
28. begitu pula ikuti kajian di masjid, dalil yg dipakai sama, ketika Rasul perbolehkan segala hal pada Aisyah kecuali thawaf dan shalat
29. maka ada pendapat yang mengatakan bahwa Muslimah haid pun boleh memasuki masjid selama ada keperluan ikuti kajian
30. tentu saja selama Muslimah yg sedang haid ini bisa menjaga tidak mengotori masjid dan tempat shalat :)
31. demikian yg bisa kita share, kebenaran milik Allah | pendapat lain bukan berarti salah, selama ada dalil, beda itu boleh :)
32. termasuk amal yg boleh dilakukan saat haid: memotong rambut dan kuku | dan tidak perlu dikumpulkan untuk dicuci pas suci :)

Pacaran itu permainan





01. pacaran itu permainan, nikah itu keseriusan | mau dimainin atau diseriusin? 
02. inggris, 1 cewek rata2 pacaran dgn 24 pria beda sblm nikah (survei UKDating) | artinya? 96% pacar akan putus! | mending skrg #UdahPutusinAja
03. pacaran dikit-dikit galau, dikit-dikit galau | galau kok dikit-dikit #UdahPutusinAja
04. pacaran itu abisin duit, nikah kemungkinan cuma 4% | pahala jelas nggak dapet, ma
ksiat numpuk, hayuu
05. pacaran enak sebentar, sakit seumur-umur | dan enaknya cowok doang, cewek mah tekor! #UdahPutusinAja
06. "pacaran kan perkenalan?" | betul, kan sudah sy bilang, kenalan doang, main2, nggak serius!
07. mau bukti pacaran itu nggak serius? hayu tanya "kapan kita nikah?" | anda akan menemukan lelaki itu ngarang bebas, mati gaya
08. pas jadipacar aja nyusahin, ngutanglah, minta macem2lah, ajak maksiat lah | pas nikah, dia nyusahin lo dgn begitu sama cewe lain =_
09. segera halalkan hubungan dengan nikah dear, atau putuskan segera | itu baik untuk menjaga kesucian dan kehormatan yg hanya 1
10. pacaran memang enak, nikmat | sampai sesuatu terjadi (semua begitu cepat), dan satu pergi cuci tangan dan satu menyesal

Remaja Jaman Sekarang dan Jaman Rasulullah



Remaja Belasan Tahun yang Membunuh Abu Jahal di Perang Badar


Sungguh berbeda kondisi para remaja di zaman ini dengan zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Remaja masa kini tenggelam dengan tsunami pergaulan bebas dan weternisasi. Perilaku mereka tak lagi meneladani sang Rasulullah namun Boys Band dan artis-artis semisal Justin Biber. Tak sampai disitu, wabah “alay” pun menjangkiti, lebih parah lagi diantara mereka ada yang bangga bertingkah seperti banci.



Sungguh tak akan selesai mengungkap kebobrokan remaja di zaman ini, maka sudah saatnya para remaja mulai memperbaiki diri. Lihatlah apa yang dilakukan dua remaja ketika perang Badar di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dr. Raghib As Sirjani dalam kitabnya “Risalatun ila Syababil Ummah” yang diterjemahkan berjudul “Menjadi Pemuda Peka Zaman”, dengan bahasa yang komunikatif beliau menjadikan kisah tersebut sebagai motivasi bagi para remaja. Berikut ini petikan kisah Muadz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra’ tersebut.



Kedua pemuda yang masih belia ini mempunyai kisah hidup yang tidak pernah terpikir atau terbesit di dalam benak siapapun. Pertama adalah Muadz bin Amr bin Jamuh, usianya baru empat belas tahun. Sementara yang kedua adalah Muawwidz bin Afra’, usianya baru tiga belas tahun. Akan tetapi, dengan penuh antusias keduanya bergegas ikut serta bergabung bersama pasukan kaum muslimin yang akan berangkat menuju lembah Badar.



Kedua pemuda belia ini memiliki nasib baik karena tubuh keduanya terlihat kuat dan usianya terlihat relatif lebih dewasa. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. menerima keduanya masuk dalam skuad pasukan kaum muslimin yang akan berperang melawan kaum musyrikin pada perang Badar. Meskipun usia mereka masih sangat muda belia, tetapi ambisi mereka jauh lebih hebat dan lebih besar daripada ambisi para orang tua atau kaum lelaki yang lain.



Di sini mari kita dengarkan bersama penuturan dari seorang sahabat yang mulia Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu. seperti yang terdapat di dalam Shahih Al-Bukhari. Abdurrahman Radhiyallahu ‘anhu menggambarkan sikap dan tindakan yang sangat ajaib dari kedua pemuda pemberani ini! Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu menuturkan :



“Pada perang Badar, saya berada di tengah-tengah barisan para Mujahidin. Ketika saya menoleh, ternyata di sebelah kiri dan kanan saya ada dua orang anak muda belia. Seolah-olah saya tidak bisa menjamin mereka akan selamat dalam posisi itu.”



Kedua pemuda belia itu adalah Muadz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra’ Radhiyallahu ‘anhuma. Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu sangat heran melihat keberadaan kedua anak muda belia ini di dalam sebuah peperangan yang sangat berbahaya seperti perang Badar. Abdurrahman merasa khawatir mereka tak akan mendapatkan bantuan atau pertolongan dari orang-orang di sekitar mereka berdua, disebabkan usia keduanya yang masih muda.



Lalu Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu melanjutkan kisahnya dengan penuh takjub :



“Tiba-tiba salah seorang dari kedua pemuda ini berbisik kepada saya, ‘Wahai Paman, manakah yang bernama Abu Jahal?” Pemuda yang mengatakan hal ini adalah Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu Ia berasal dari kalangan Anshar dan dirinya belum pernah melihat Abu Jahal sebelumnya. Pertanyaan mengenai komandan pasukan kaum musyrikin, sang lalim penuh durjana di Kota Mekkah dan “Fir’aun umat ini”, menarik perhatian Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu. Lantas ia pun bertanya kepada anak muda belia tadi, “Wahai anak saudaraku, apa yang hendak kamu lakukan terhadapnya?”



Sang pemuda belia itu menjawab dengan jawaban yang membuat Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu tak habis pikir! Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu berkata,



“Saya mendapat berita bahwa ia adalah orang yang pernah mencaci maki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demi Allah yang jiwa saya dalam genggaman-Nya! Jika saya melihatnya, pupil mata saya tidak akan berkedip memandang matanya hingga salah seorang di antara kami terlebih dahulu tewas (gugur).”



Ya Allah, betapa kokoh dan kuatnya sikap anak muda belia ini! Seorang anak muda belia yang tinggal di Madinah Al-Munawwarah. Ketika ia mendengar bahwa ada orang yang mencaci maki baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Mekkah yang jaraknya hampir 500 km dari tempat tinggalnya, bara api kemarahan berkobar di dalam hatinya dan semangat ingin membela baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membara di dalam jiwanya.



Ia pun berikrar untuk melakukan sesuatu yang bisa membela keyakinan, harga diri dan tempat-tempat suci agamanya. Dan kesempatan itu datang kala perang berkecamuk, yakni ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala membawa Abu Jahal menuju lembah Badar. Maka ia pun berikrar bahwa ia sendiri yang akan membunuhnya.



Sungguh, pemuda belia ini benar-benar bersumpah bahwa jika ia melihat Abu Jahal, maka ia tidak akan membiarkannya begitu saja hingga salah seorang dari mereka meninggal dunia. Ia tidak merasa cukup hanya dengan tercapainya cita-cita ikut serta dalam perang Badar dan melakukan tugas mulia yang dibebankan kepadanya.



Tidak merasa cukup hanya dengan memenuhi mimpinya dengan membunuh seseorang dari pasukan kaum musyrikin saja. Akan tetapi, yang menjadi ambisi utamanya, impian masa depannya, target dan tujuan hidupnya; adalah ia harus membunuh si durjana dan si lalim ini (Abu Jahal). Meskipun tebusannya, ia akan mati syahid di jalan Allah.



Subhanallah! Sebenarnya, ia boleh saja – tidak ada orang yang akan mencelanya – berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan membunuh salah seorang dari kalangan kaum musyrikin dan menyerahkan urusan membunuh komandan pasukan kaum musyrikin yang lalim ini kepada salah seorang pahlawan Islam terkemuka, atau salah seorang ahli perang yang sudah diketahui kemampuan dan kemahirannya dalam bertempur. Akan tetapi, ambisi dan obsesi utamanya laksana ingin sampai ke puncak bangunan yang tinggi menjulang.



Tentunya, hal ini bukan satu sikap yang biasa. Ini adalah satu sikap yang benar-benar menakjubkan. Bahkan Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu sendiri menuturkan, “Saya pun merasa takjub akan hal itu.” Namun rasa takjub dan keheranan Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu belum berhenti sampai di situ. Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu bukan satu-satunya anak muda belia yang jarang ditemukan di tengah-tengah barisan pasukan kaum muslimin. Ia punya teman sejawat yang saleh dan seusia atau sedikit lebih muda darinya. Anak muda ini juga bersaing dengannya dalam hal yang sama.



Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Seorang pemuda belia yang lain (Muawwidz bin Afra’ Radhiyallahu ‘anhu) menghentak saya dan mengatakan hal yang serupa.” Lalu. Abdrurahman melanjutkan kisahnya, “Tiba-tiba saja saya melihat Abu Jahal berjalan di tengah-tengah kerumunan orang ramai. Saya berkata, “Tidakkah kalian melihat orang itu ia adalah orang yang baru saja kalian tanyakan kepadaku!”



Melihat Abu Jahal, darah amarah kedua pahlawan belia ini pun membara. Tekad bulat mereka semakin mantap untuk merealisasikan tugas yang sangat mulia, yang senantiasa bergeliat dalam mimpi dan benak pikiran meraka.



Sekarang, mari kita simak bersama penuturan Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu ketika ia menggambarkan situasi yang sangat menakjubkan tersebut, seperti yang terdapat dalam riwayat Ibnu Ishaq dan di dalam kitab Ath-Thabaqat karya Ibnu Sa’ad.



Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Saya mendengar kaum musyrikin mengatakan, ‘tidak seorang pun dari pasukan kaum muslimin yang dapat menyentuh Al-Hakam (Abu Jahal)’.” Saat itu , Abu Jahal berada di tengah-tengah kawalan ketat laksana pohon yang rindang.



Abu Jahal, sang komandan terkemuka dari bangsa Quraisy datang dalam iring-iringan para algojo dan orang-orang kuat laksana hutan lebat. Mereka melindungi dan membelanya. Ia adalah simbol kekufuran dan komandan pasukan perang, sehingga sudah pasti jika pasukan batalyon terkuat di kota Mekkah dikerahkan untuk melindungi dan membelanya.



Di samping itu, kaum musyrikin juga saling menyerukan, “Waspadalah, jangan sampai pemimpin dan komandan kita (Abu Jahal) terbunuh!” Mereka mengatakan, “Tidak seorang pun musuh yang dapat menyentuh Abul-Hakam (Abu Jahal)!”



Meskipun Abu Jahal dilindungi sedemikian rupa dan pengawalannya begitu ketat, namun hal itu tak menghalangi Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu untuk tetap membulatkan tekadnya, melaksanakan tugasnya, serta merealisasikan cita-cita suci di dalam hidupnya.



Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Ketika saya mendengarkan perkataan itu, saya pun semakin membulatkan tekad. Saya memfokuskan diri untuk mendekatinya. Ketika tiba waktunya, saya langsung menghampirinya dan memukulkan pedang kepadanya hingga setengah kakinya (betis) terputus.”



Subhanallah! Hanya satu sabetan pedang dari tangan anak muda belia ini, betis seorang lelaki (Abu Jahal) putus dalam sekejap.



Tanyakanlah kepada para dokter atau tim medis yang pernah melakukan operasi pemotongan, betapa sulitnya melakukan hal tersebut! Coba pula tanyakan kepada para pahlawan dan ahli perang yang bergelut di medan pertempuran yang dahsyat, betapa sangat sulitnya hal itu dilakukan!



Wahai generasi muda Islam! Apa sebenarnya yang kita bahas sekarang? Apakah kita berbicara mengenai tingkatan kepahlawanan dalam perang yang ideal? Ataukah gambaran keberanian yang sangat fantastis? Ataukah seni keahlian perang yang paling indah? Ataukah kekuatan tenaga? Ataukah ketajaman daya pikir dan insting? Ataukah kejujuran dalam berjihad, niat yang ikhlas, dan keinginan yang kuat? Ataukah sebelum semua itu, dan yang paling penting kita bicarakan adalah tentang taufik (pertolongan) Allah 'azza wa jalla kepada para mujahidin di jalan-Nya. Allah azza wa jalla berfirman :




وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا



“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut : 69)



Wahai generasi muda Islam! Pemuda belia ini baru berusia empat belas tahun. Dirinya mampu memotong betis Abu Jahal hanya dengan satu pukulan saja. Padahal Abu Jahal berada dalam perlindungan dan pengawalan yang sangat ketat dari pasukan kaum musyrikin.



Ia benar-benar telah merealisasikan mimpinya selama ini. Hati sanubarinya terasa damai, dan ia telah berhasil membalas dendam kesumatnya demi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, apakah semua itu dilakukan begitu saja tanpa pengorbanan?!



Hal itu sangat mustahil! Tentunya taruhannya harus ditebus dengan darah. Sebab, pohon kejayaan dan kemuliaan tidak akan tumbuh berkembang selain dengan darah-darah para Mujahidin dan Syuhada.



Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Pada perang itu (Badar), anaknya (Abu Jahal), Ikrimah -pada waktu itu ia masih musyrik – menebas lengan saya dengan pedangnya hingga hampir terputus dan hanya bergantung pada kulitnya saja.”



Tangan pemuda belia itu hampir terpisah dari tubuhnya, hanya bergantung pada kulitnya saja. Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu kehilangan lengan tangannya di jalan Allah!



Namun di atas semua itu, berputus asakah ia? Menyesalkah ia? Apakah ia merasa bahwa ia telah melakukan tindakan yang salah? Apakah ia berharap, seandainya ia tidak ikut dalam medan perang serta hidup dengan selamat dan damai di Madinah, sehingga dirinya terhindar dari luka penderitaan, dan cacat?



Wahai generasi muda Islam! Semua itu sedikit pun tak pernah terbesit dalam benaknya. Justru yang menjadi ambisinya pada saat-saat seperti ini adalah ia harus meneruskan perjalanan jihadnya di jalan Allah Ta’ala. Sebab, masih banyak musuh yang memerangi umat islam dan orang-oarng ikhlas harus segera membela dan berjuang meskipun hanya dengan satu tangan.



Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu melanjutkan kisahnya,



“Pada hari itu, saya benar-benar berperang seharian penuh. Tangan saya yang hampir putus itu hanya bergelantungan di belakang. Dan ketika ia menyulitkan saya, saya pun menginjaknya dengan kaki, lalu saya menariknya hingga tangan saya terputus.”



Ia justru memisahkan tangan dari jasadnya agar bisa mengobarkan jihad dengan bebas dan leluasa! Subhanallah! Lantas, di mana teman pesaingnya untuk membunuh si durjana dan si lalim kelas kakap itu? Di mana Muawwidz bin Afra’ Radhiyallahu ‘anhu?



Mari kita simak bersama penuturan Muadz bin Amr bin Jamuh ra. tentang teman pesaingnya ini :



“Lalu Muawwidz bin Afra’ Radhiyallahu ‘anhu melintas di hadapan Abu Jahal yang sedang terluka parah, kemudian ia pun menebasnya dengan pedang. Kemudian membiarkannya dalam keadaan tersengal-sengal dengan nafas terakhirnya.”



Maksudnya, Muawwidz bin Afra’ Radhiyallahu ‘anhu juga berhasil merealisasikan tujuan dan cita-citanya. Ia menebas Abu Jahal dengan pedang di kala ia berada di tengah-tengah kerumunan para pengawal dan pelindungnya. Namun, ia berhasil memukul Abu Jahal hingga membuatnya terjungkal ke tanah seperti orang yang tak berdaya, tetapi ia masih mempunyai sisa-sisa nafas terakhir. Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu datang untuk menghabisi nyawa Abu Jahal.



Demikianlah keadaaannya. Kedua pahlawan cilik ini berlomba-lomba dan bersaing untuk menghabisi si durjana, yang pada akhirnya mereka mendapat nilai seri!



Coba perhatikan! Dalam rangka apa mereka bersaing?



Lantas keduanya datang menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing mengatakan, “Saya telah membunuh Abu Jahal, wahai Rasulullah!”



Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada mereka berdua sebagaimana yang terdapat di dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim, “Apakah kalian telah menghapus (bercak darah yang menempel pada) pedang kalian?“ mereka berdua menjawab, “Belum.” Maka beliau melihat kedua pedang pahlawan cilik tersebut. Lantas beliau bersabda, “Kalian berdua telah membunuhnya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menyimpulkan bahwa kedua pahlawan- belia itu memperoleh nilai yang sama dan seri.



Subhanallah! Apakah sampai di sini saja kisah kepahlawanan kedua pemuda belia ini? Belum, wahai generasi muda Islam! Namun, kisah mereka masih terus berlanjut pada babak berikutnya.



Kita telah menyaksikan bahwa Muadz bin Amr bin Jamuh Radhiyallahu ‘anhu harus rela kehilangan tangannya sebagai harga mati dari perjuangan, kejujuran, dan kebulatan tekadnya. Lantas apa yang telah dipersembahkan oleh Muawwidz bin Afra’ Radhiyallahu ‘anhu? Muawwidz Radhiyallahu ‘anhu telah mempersembahkan seluruh jiwanya. Sehingga ia memperoleh mati syahid di jalan Allah!



Pahlawan tangguh yang masih muda belia ini – usianya baru tiga belas tahun – terus melanjutkan petualangan jihad dan perjuangannya setelah ia mempersembahkan perjuangan yang sangat berharga hingga terbunuhnya Abu Jahal. Akan tetapi, ia tidak merasa puas hanya dengan perjuangan sebatas itu. Meskipun hasilnya bisa dibanggakan, namun ia terus berjuang dan maju menerjang musuh hingga memperoleh mati syahid di jalan Allah, yang padahal usianya masih sangat muda belia.



Wahai generasi muda, biginilah simbol kejayaan dan kemuliaan! Dan beginilah persaingan yang hakiki. Allah Azza wa Jalla berfirman :



وَفِيْ ذلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَ



“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (Al-Muthaffifin : 26). Sampai disini kisah tersebut.



Ketahuilah wahai para pemuda, betapa leluasa Abu Jahal abad ini mencaci hingga memerangi umat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Jahal abad ini telah menghina syari’at i’dad dan jihad yang Allah Ta’ala perintahkan dengan sebutan keji; “tindak pidana terorisme.” Mereka tuding semangat menegakkan daulah islamiyah dan khilafah sebagai paham radikal. Mereka hinakan para ulama muwahhid dengan menghakiminya lewat hukum thaghut. Mereka menawan para mujahidin dan membantainya sesuka hati. Bahkan yang lebih “gila” lagi, mereka fitnah gerakan jihad dibiayai lewat bisnis narkoba (narcoterrorism).



Masih adakah remaja yang mendidih darahnya menyaksikan kezhaliman tersebut? Sungguh saat ini, umat begitu merindukan sosok remaja seperti Muadz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra’ yang siap membinasakan Abu Jahal abad ini.

Rahasia Lelaki Pacaran


01. Rasul bersabda, "tiada seorang lelaki sendirian dengan wanita yg tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya" (HR Hakim)
02. mengapa pacaran selalu bisa menemukan tempat sepi dan remang-remang? | karena niatnya memang supaya tiada yang ketahui aktivitasnya
03. lihat yg masih pacaran, mati kutu kl di depan ramai | kl sepi baru aktivitasnya jalan, slogannya not talk, action only
04. Rasu
l sudah peringatkan tiada kebaikan pada pacaran | karena fitrah lelaki tak bisa berhenti sekedar genggaman tangan
05. karena lelaki senang betul pada sesuatu yang tiada perlu komitmen | maka pacaran jadi solusi lelaki kaya nafsu tapi miskin keseriusan
06. pacaran bukan buat kamu dewasa | tapi mungkin buat kamu lakukan adegan dewasa
07. betul sekali nggak pacaran nggak menjamin nikahnya baik | namun yang pasti kita sudah awali dengan baik dan hindarkan dosa kan?
08. betul sekali pacaran juga belum tentu nikahnya nggak baik | tapi sudah diawali yang buruk, dan awal buruk susah untuk jadi baik
09. coba jujur jawab, batin dulu deh | "orientasi pacarmu itu, kenal dirimu, atau kenal fisikmu?" | "yg menarik baginya pikiran atau badanmu?"
10. karena bila pacar serius mau kenalan (bukan orientasi badan) | ayah-ibunya jauh lebih tau dan lebih jujur dari anaknya
11. lelaki yg punya komitmen, punya ilmu agama, punya ilmu dunia | mereka malas habiskan waktu untuk pacaran
12. taukah darimana peribahasa "habis manis sepah dibuang"? | ya itu dari pengamatan atas aktivitas pacaran
13. kalau peribahasanya orang menikah "sambil menyelam minum air" | atau "sekali dayung 2-3 pulau terlampaui" hehe..
14. pikiran yg menikah "ini adl yg menemani seumur hidup" | pikiran yg pacaran "kita coba dulu aja, nanti kl nggak cocok, cari yg lain"
15. pacaran itu miskin komitmen | bila masih ada yg perlu diambil darimu dia terus, bila rumput tetangga lebih hijau, ia pindah kesana
16. lelaki yg serius cari ibu anak-anaknya, bukan cari wanita dipacari | nggak fun memang, karena menikah bukan untuk fun tapi ibadah
17. pacaran untuk bersenang-senang, menikah itu untuk ibadah | mau jadi objek kesenangan atau jadi objek ibadah? :)
18. "kapan mau nikahi aku?" | "wah, kita ini masih esempe, kita jalani dulu aja" | logis deh, yakin bertahan sampai waktu yg tak terdefinisi?
19. "kapan mau ketemu ibu-bapakku?" | "wah aku belum siap ketemu ibu-bapakmu" | itulah tanda nggak niat, nggak serius
20. karena lelaki yg menikah akan siapkan diri jadi suami dan ayah yg baik | sedang yg pacaran siapkan diri jadi pacar yg baik (hopeless)
21. ciri lelaki serius, khawatir umbar janji dan omong kosong | yang justru menjadi keahlian ahli-pacaran
22. kesimpulannya, apa yg dipelajari ketika pacaran? | lelaki: mampu bergerak dalam gelap, wanita: mengenal 1001 kebohongan lelaki
© Kang Dadang 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis