Selasa, 27 Desember 2011

kalimat Laa ilaaha illa Allah melebihi 7 langit, 7 bumi, dan segala penghuninya pada timbangan di hari kiamat


        Dari Abu Sa’id Al Khudry, dari Rasulullah bersabda, “Berkata Musa, Wahai Rabb-ku, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku senantiasa menyebut-Mu dengannya, dan aku berdoa kepada-Mu dengan hal tersebut”, jawab Allah terhadap Musa, “Katakanlah wahai Musa, Laa ilaaha illa Allah”, kata Musa,“Wahai Rabb-ku, semua hamba-mu bisa mengucapkan kalimat ini”, jawab Allah, “Wahai Musa, kalau sekiranya tujuh langit dan segala isinya (seluruh penghuninya) selain Aku (selain Allah) dan bumi yang tujuh, kalau semua itu diletakkan di satu timbangan dan kalimat Laa ilaaha illa Allah diletakkan di timbangan yang lainnya, maka yang berat adalah kalimat Laa ilaaha illa Allah.”
         Imam Ibnu Hibban, Al Hakim, dan Al Haitsami menyebutkan bahwa terdapat kelemahan di dalam hadits ini. Al Arnauth melemahkan hadits dengan riwayat ini di dalam takhrij beliau terhadap kitab Syarhus Sunnah karya Imam Al Baghawi. Akan tetapi kisah cerita dalam hadits ini dikuatkan dengan hadits yang lainnya.
       Abu Sa’id Al Khudry dan ayahnya merupakan sahabat Nabi Muhammad. Beliau dan Ibnu Umar pernah ditolak saat ingin mengikuti perang Uhud karena masih kecil dan belum mencapai usia baligh.

Penyebutan sifat berbicara bagi Allah

Dalam hadits di atas terdapat penyebutan salah satu sifat Allah yaitu sifat berbicara, Allah berbicara terhadap siapa dari hamba-Nya berdasar keinginan dan kehendak-Nya. Dalam ayat disebutkan bahwa Allah berbicara secara langsung terhadap Musa dengan sebenar-benar pembicaraan.
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (An Nisa : 164)

Berdzikir dengan kalimat Laa ilaaha illa Allah

Dianjurkan seseorang untuk berdzikir dengan mengucapkan Laa ilaaha illa Allah secara penuh. Tidak dipotong-potong sebagian seperti amalan kaum sufi yang berdzikir secara berjamaah dengan menyebutkan kata Laa ilaaha illa Allah secara cepat, hingga menyingkat kalimat tersebut menjadi “illa Allah”, kemudian “Allah”, kemudian “hu”.
Nabi Musa menginginkan sesuatu amalan khusus bagi beliau, karena kalimat Laa ilaaha illa Allahdiucapkan semua umat Islam, sehingga tidak ada kekhususan bagi Nabi Musa.

Allah ada di atas langit, ber-istiwa di atas Arsyi-Nya

Terdapat penyebutan bahwa Allah tidak termasuk penghuni langit. Allah tidak diliputi apapun dari ciptaan-Nya. Akan tetapi Allah ber-istiwa di atas Arsyi-Nya.

Keutamaan kalimat Laa ilaaha illa Allah

Dari Anas bin Malik, aku telah mendengar Rasulullah bersabda, Allah berfirman (hadits Qudsi),“Wahai sekalian anak cucu Adam (wahai manusia), kalau seandainya kalian mendatangi Aku dengan sepenuh bumi kesalahan-kesalahan (dosa-dosa), kemudian kalian menemui Aku dalam keadaan kalian tidak menyekutukan-Ku di dalam beribadah kepada Aku sedikitpun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi juga”. (HR Tarmidzi hasan)
Ibnu Rajab Al Hanbali menjelaskan bahwa barang siapa yang datang bersama tauhid dan memiliki dosa dan kesalahan sepenuh bumi, maka Allah akan datang dengan ampunan sepenuh bumi juga jika sempurna tauhid seorang hamba, ikhlas hanya kepada Allah, menegakkan syarat-syarat ibadah dengan hati, lisan, dan amalan tubuh. Atau dengan hati dan lisan ketika dalam keadaan sakaratul maut, maka Allah akan memberikan ampunan bagi seluruh dosa yang telah lalu dan hamba tersebut akan diselamatkan dari neraka. Disebutkan dalam hadits riwayat Imam Tirmidzidengan riwayat yang shahih karena banyak penguatnya.
Hadits diatas menunjukkan keutamaan orang yang bertauhid yang meninggal dalam keadaan mentauhidkan Allah.

0 komentar:

© Kang Dadang 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis